Monday 4 November 2013

Fakta Donat

Kue yang digoreng telah ada di hampir setiap budaya sejak zaman lampau. Bahkan, “donat prasejarah”—kue goreng berlubang yang sudah membatu—pernah ditemukan di antara artefak-artefak peninggalan sebuah suku Indian primitif. Penduduk Amerika juga telah mengenal donat sejak lama sekali, hingga bisa dibilang donat merupakan kue khas Amerika. Namun, siapa penemunya masih misteri.

Ada pendapat yang meyakini donat diperkenalkan ke Amerika oleh pemukim keturunan Belanda. Pada abad ke-19, donat kadang-kadang disebut sebagai salah satu jenis oliekoek (kata Belanda yang berarti “kue minyak”, yaitu kue manis yang digoreng dengan lemak).

Kue goreng atau olykoeks mulai populer di New York dan New England pada abad ke-16 atau 17, sehingga waktu itu banyak bermunculan kedai yang mengkhususkan diri meyajikan kue tersebut bersama kopi yang baru diseduh. Sedang toko pertama yang menjual kue goreng siap santap didirikan oleh Anna Joralemon di New York, pada tahun 1673. Pada waktu itu, kue goreng tersebut belum berlubang.

Istilah donat berasal dari kata dough-nut. Dalam History of New York (1809), penulis Washington Irving menggambarkan kue itu, “berbentuk bola terbuat dari adonan manis, digoreng dengan minyak dan lemak babi, dan disebut doughnut (kue adonan kacang-lemak) atau olykoeks.” Belakangan, kata doughnut mengalami peluruhan menjadi donut, meski kata aslinya masih tetap dipakai.

Lalu bagaimana kisahnya hingga kue itu sekarang terkenal dengan lubang di bagian tengah? Asal usul itu belum memiliki kejelasan yang pasti. Orang yang sering dikaitkan dengan “penemuan” lubang donat adalah Hanson Gregory, seorang kapten pelaut asal Denmark. Pada suatu perjalanan di laut, Kapten Gregory sedang memegang kemudi di anjungan kapal, dan baru akan memakan sepotong kue goreng ketika badai datang menerjang. Secara spontan, dia menancapkan kue yang sedang dipegangnya ke salah satu jari-jari roda kemudi.

Seusai badai reda, ia mengambil kembali kuenya yang masih tertancap, dan menyadari kini ada lubang di bagian tengahnya. Terkesan oleh kreasinya, Gregory kemudian meminta koki kapal agar membuat roti goreng dengan lubang tepat di ten
gah.

Meski kisah itu sangat terkenal, namun masih diragukan jika kisah itu yang menjadi asal usul lubang di tengah donat. Thomas A. Lehnman, direktur sebuah perusahaan kue di Amerika, memberikan versi lain mengapa donat memiliki lubang di tengah.

Ia menyatakan, donat (yang dibuat mengembang menggunakan ragi) dapat dibuat dengan mudah sekali tanpa lubang. Sebagai contoh, ia menunjukkan bismarck, atau donat isi jeli. Namun, meski begitu, jika bismarck digoreng di permukaan—sama seperti ketika orang menggoreng ragi konvesional—donat tanpa lubang akan cenderung terlalu mengembang, sehingga berubah seperti bola. Agar lebih mudah dan hasilnya juga baik, koki zaman dulu menyadari perlunya membuat lubang di tengah kue.

No comments:

Post a Comment